top of page

TENTANG SONIAN

Meski ringkas, Sonian butuh imaji yang padat. Bila hanya mengejar pola 6-5-4-3 dikhawatirkan akan cair. Cuma sebatas permainan kata. Tak ada pesan yang disampaikan. Kebebasan anggota mengirim Sonian tanpa melewati seleksi, jika tak dicermati bisa berakibat buruk untuk perkembangan jenis puisi baru ini. Hendaknya setiap anggota harus memiliki kesadaran untuk membatasi sekaligus menyeleksi karya sendiri. Jangan mengejar kuantitas hingga mengabaikan kualitas . (Farick Ziat)

 

SONIAN adalah puisi sepanjang empat baris yang dikreasi dengan pola 6-5-4-3 suku kata perlarik. Semakin bawah seorang penyair menulis sonian, maka semakin sulit, karena kata-kata yang dibutuhkan semakin sedikit jumlahnya. Hal ini dimaksudkan, agar puisi yang ditulis dalam bentuk ini tidak pecah, melainkan kian fokus pada pengalaman batin macam apa yang ingin diekpresikan. Jika diibaratkan dengan mata panah yang terbalik, maka jelas sudah, bahwa kian bawah kian runcing adanya. Walau demikian, meski nyaris sama pendeknya dengan haiku, sonian bukan haiku yang ditulis dengan pola 5-7-5 suku kata perlariknya, yang dikreasi oleh penyair Jepang kenamaan pada zamannya, Bāsho.


Lebih lanjut, sonian bukan jenis puisi yang meluap-luap mengumbar emosi. Sonian adalah puisi yang menahan dan mengelola emosi dalam bentukan ungkapan yang ringkas, yang ingin menjangkau makna seluas mungkin. Dalam daya ungkap yang ditulis para penyairnya, sonian bisa imajis dan bahkan simbolis. Hal itu sangat bergantung kepada kemampuan para penyairnya dalam menulis puisi.


Perwujudan pengalaman batin dalam menulis sonian menuntut para penyairnya peka terhadap setiap makna kata yang hendak dituliskan, sehingga apa yang ingin diungkap terwujud dengan jelas. Dengan demikian jelas bahwa imajinasi, simbol, dan metafor sebagai kendaraan utama dalam menulis puisi, dalam hal ini, menulis sonian sangat dibutuhkan. Apa sebab? Karena yang disebut semua itu merupakan mekanisme psikis , dalam melihat, melukis, membayangkan, atau memvisualkan sesuatu dalam struktur kesadaran yang menghasilkan sebuah citra (image) pada otak.


Ditulisnya puisi dengan pola 6-5-4-3 suku kata perlarik dimaksudkan antara lain untuk meninggikan harkat dan derajat manusia, dan malah bukan merendahkannya dengan mengangkat tema porno, cawokah, dan cabul. Sonian bisa diisi dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai agama yang dianut oleh para penyairnya, nilai-nilai budaya setempat, renungan terhadap alam, dan sebagainya, yang tidak bertentangan dengan hokum mana pun yang berlaku di muka bumi. Sonian sangat berpihak kepada etika, moral, nilai-nilai kemanusiaan, dan nilai-nilai religious, termasuk persoalan-persoalan hokum di dalamnya. Paling tidak, demikian dasar-dasar penulisan sonian dituliskan. (Soni Farid Maulana) ***

Soni Farid Maulana
Pemrakarsa

bottom of page