top of page

Genre Sonian Diminati Banyak Penyair di Jejaring Sosial



BANDUNG, (PRLM).- Dibukanya grup penulisan puisi genre sonian di Jejaring Sosial Facebook pada 21 Januari 2015 lalu oleh penyair Soni Farid Maulana, telah mendapat perhatian yang meluas. Media nasional seperti HU Kompas, pada Sabtu (21/02/2015) telah turut memberitakan gerakan penulisan puisi yang dikreasi oleh penyair Soni Farid Maulana.


Lantas apa itu sonian? Penyair Soni Farid Maulana menjelaskan, bahwa sonian adalah puisi sepanjang empat baris yang dikreasi dengan pola 6-5-4-3 suku kata perlarik. Semakin bawah seorang penyair menulis sonian, maka semakin sulit, karena kata-kata yang dibutuhkan semakin sedikit jumlahnya.


"Hal ini dimaksudkan, agar puisi yang ditulis dalam bentuk ini tidak pecah, melainkan kian fokus pada pengalaman batin macam apa yang ingin diekpresikan. Jika diibaratkan dengan mata panah yang terbalik, maka jelas sudah, bahwa kian bawah kian runcing adanya. Walau demikian, meski nyaris sama pendeknya dengan haiku, sonian bukan haiku yang ditulis dengan pola 5-7-5 suku kata perlariknya, yang dikreasi oleh penyair Jepang kenamaan pada zamannya, Bāsho," tutur Soni.


Lebih lanjut, Soni mengatakan, sonian bukan jenis puisi yang meluap-luap mengumbar emosi. Sonian adalah puisi yang menahan dan mengelola emosi dalam bentukan ungkapan yang ringkas, yang ingin menjangkau makna seluas mungkin. Dalam daya ungkap yang ditulis para penyairnya, sonian bisa imajis dan bahkan simbolis. Hal itu sangat bergantung kepada kemampuan para penyairnya dalam menulis puisi.


“Perwujudan pengalaman batin dalam menulis sonian menuntut para penyairnya peka terhadap setiap makna kata yang hendak dituliskan, sehingga apa yang ingin diungkap terwujud dengan jelas. Dengan demikian jelas bahwa imajinasi, simbol, dan metafor sebagai kendaraan utama dalam menulis puisi, dalam hal ini, menulis sonian sangat dibutuhkan. Apa sebab? Karena yang disebut semua itu merupakan mekanisme psikis , dalam melihat, melukis, membayangkan, atau memvisualkan sesuatu dalam struktur kesadaran yang menghasilkan sebuah citra (image) pada otak,” jelas Soni.

Ada pun salah satu contoh sonian yang ditulis oleh Soni Farid Maulana di bawah ini:


SUMUR TANPA DASAR

- ingat Arifin C. Noer -


lumpur kata-kata lenyap cahaya di hati. Kau meraung

2015


Menurut Soni, puisi dengan pola 6-5-4-3 suku kata perlarik dimaksudkan antara lain untuk meninggikan harkat dan derajat manusia, dan malah bukan merendahkannya dengan mengangkat tema porno, cawokah, dan cabul. Sonian bisa diisi dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai agama yang dianut oleh para penyairnya, nilai-nilai budaya setempat, renungan terhadap alam, dan sebagainya, yang tidak bertentangan dengan hukum mana pun yang berlaku di muka bumi. Sonian sangat berpihak kepada etika, moral, nilai-nilai kemanusiaan, dan nilai-nilai religious, termasuk persoalan-persoalan hukum di dalamnya.


Pada bagian lain, Soni Farid Maulana menjelaskan, ketika sonian muncul di Jejaring Sosial Facebook mendapat apresiasi dari Endang Werdiningsih, Pimpinan Redaksi Majalah Puan Pertiwi, penyair Ewith Bahar, Nia Samsihono dari Pusat Bahasa Jakarta, Farick Ziat Redaktur Fiksi Majalah Gadis, penyair Ahmadi Syafif (Malaysia), Raja Ahmad Aminullah (Malaysia), dan sejumlah nama lainnya.(A-147)***

Featured Posts
Recent Posts
Archive
Search By Tags
No tags yet.
Follow Us
  • Facebook Basic Square
  • Twitter Basic Square
  • Google+ Basic Square
bottom of page